Kamis, 27 Oktober 2016

Sesilia, Salah Satu Jenis Amfibi Unik dan Langka di Dunia

Sesilia

Sesilia, Gymnophiona atau Apoda adalah ordo amfibia yang bertubuh serupa atau mirip dengan cacing besar atau ular.

Hewan ini amat langka. Selain karena hanya ditemukan di daerah hutan-hutan yang masih baik, sesilia hidup didalam tanah yang gembur, didekat sungai atau rawa-rawa,

Sehingga jarang sekali didapati oleh manusia. Dalam bahasa Jawa binatang ini disebut dengan nama ulo duwet.


Asal-Usul Penamaan

Nama sesilia berasal dari bahasa Latin “Caecus” yang berarti buta, merujuk pada matanya yang kecil atau tidak ada.

Nama itu berasal dari nama taksonomis dari spesies pertaa yang dideskripsikan Carolus Linnaeus, yang diberi nama Caecilia tentaculata.

Nama taksonomis ordo ini berasal dari bahasa Yunani “gymnos”, yang berarti telanjang.

Dekripsi Bentuk Sesilia

Sesilia sama sekali tidak mempunyai kaki, sehingga jenis kecil mirip cacing dan yang yang besar sepanjang 1,5 m mirip ular.

Bentuk Sesilia

Ekornya pendek atau tidak ada dan kloakanya terletak dekat ujung badannya.

Hewan ini memiliki kulit yang lembut dan berwarna gelap tidak mengkilap, namun beberapa jenis memiliki kulit yang berwarna-warni.

Didalam kulit ada sisik dari kalsit. Karena sisik inilah sesilia pernah dianggap berkerabat dengan Stegocephalia fosil,

Namun sekarang hal itu dipercaya karena perkembangan sekunder dan kedua kelompok itu tidak mungkin berkerabat.

Kulitnya juga memiliki banyak lipatan berbentuk cincin, yang sebagian menutupi tubuhnya sehingga mereka Nampak beruas-ruas.

Seperti hewan amfibi lainnya, dikulitnya ada kelenjar yang mensekresikan racun untuk mengusir pemangsa.

Sekresi kulit Siphonops paulensis telah ditunjukkan memiliki sifat hemolisis.

Anomali sesilia sangat teradaptasi pada kehidupan dalam tanah. Tengkoraknya kuat dengan moncong meruncing untuk mendesak jalan melalui tanah atau lumpur.

Pada banyak spesies, jumlah tulang di tengkorang tereduksi dan berpadu bersama, mulutnya berada di bagian bawah kepala.

Taksonomi Sesilia

Ototnya teradaptasi untuk mendesak jalan mereka melalui tanah, dengan kerangka dan otot dalam bertindak sebagai piston dalam kulit dan luar otot.

Hal ini memungkinkan binatang ini menambatkan ujung belakangnya ditempat, dan mendesak kepalanya ke depan, lalu menarik bagian tubuh lain untuk mencapainya dalam gelombang.

Di air atau lumpur yang sangat cair, sesilia berenang mirip belut. Sesilia family hidup di air dan juga sesilia terbesar.

Wakil family ini punya sirip berdaging di sepanjang bagian belakang tubuhnya, yang menambah kemampuan mendorong air.

Semua sesilia, kecuali yang paling primitive, mempunyai dua perangkat otot untuk menutup rahang yang pada hewan vertebrata lain ada sepasang.

Hal ini lebih berkembang lagi pada sesilia penghuni tanah efisien, dan nampaknya membantu tengkorak dan rahangnya tetap kaku.

Karena kehidupan bawah tanahnya, mata sesilia berukuran kecil dan ditutupi kulit yang melindunginya dimana hal ini membuat salah pengertian bahwa sesilia buta.

Hal ini tidak mesti benar, meskipun penglihatannya terbatas pada persepsi gelap-terang sederhana.

Semua sesilia memiliki sepasang tentakel yang berada diantara mata dan lubang hidung. Tentakel ini mungkin digunakan untuk kemampuan penciuman kedua, selain indera penciuman normal di hidungnya.

Kecuali spesies tak berparu-paru Atretochoana eiselti yang hanya diketahui dari dua specimen yang dikumpulkan di Amerika Selatan,

semua sesilia mempunyai paru-paru, namun juga menggunakan kulit dan mulutnya, untuk menyerap oksigen.

Seringkali paru-paru kiri lebih kecil daripada paru-paru kanan, suatu adaptasi kepada bentuk tubuh yang juga ditemukan pada ular.

Habitat dan Makanan Sesilia

Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembab. Tepi-tepi sungai atau parit, dibawah permukaan batu, dibawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang tertimbun didekat air.

Makanan sesilia tidak begitu diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrate yang ditemukan di habitat masing-masing spesies.

Isi perut 14 spesimen Afrocaecilia taitana terdiri dari bahan organic dan tetumbuhan yang tak dapat ditentukan.

 Dimana sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang temukan adalah kepala rayap.

Meski diperkirakan bahwa bahan organic tak tentu itu menunjukkan bahwa sesilia makan detritus, sedangkan yang lain percaya bahwa ini merupakan sisa-sisa cacing tanah.

Wilayah Penyebaran Sesilia

Hewan ini dapat ditemukan pada kebanyakan wilayah tropis di Asia tenggara, Afrika, kepulauan Seychelles dan Amerika Selatan, kecuali daerah kering dan pegunungan tinggi.

Di Amerika Selatan, penyebaran mereka juga meluas ke daerah sejuk di utara Argentina. Mereka dapat ditemukan hingga keselatan sampai Buenos Aires.

Tidak ada study tentang mereka di Afrika tengah, tetapi sesilia mungkin ada di hutan tropis disana.

Sebaran paling utara adalah spesies Ichthyophis sikkimensis di India Utara. Di Afrika, sesilia ditemukan dari Guinea Bissau (Geotrypetes) hingga Zambia Utara (Scolecomorphus).

Di Asia Tenggara, penyebarannya tidak menyeberangi garis Wallace, mereka juga tidak ditemukan di Australia atau pulau-pulau di antaranya.

Ichthyophis juga ditemukan di Cina Selatan dan Vietnam Utara dan mereka juga ditemukan di Selandia Baru.

Menurut Djoko T.Iskandar dalam bukunya Amfibi Jawa dan Bali (1998), sesilia yang ditemukan di Indonesia tergolong kedalm dua marga (genus).

Yaitu marga Caudacaecilia yang menyebar di Kalimantan dan Sumatra, dan marga Ichthyophis yang didapati di Kalimantan, Sumatera dan Jawa.

Sistem Reproduksi

Hewan sesilia merupakan satu-satunya ordo amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, yang disebut phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam.

Sistem Reproduksi Sesilia

Sekitar 25% spesies sesilia ovipar (bertelur) yang telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva.

Larvanya tidak sepenuhnya hidup diair, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air.

75% spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus.

Spesies Boulengerula taitanus yang bertelur member makan anaknya dengan mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa.

Hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh,

Dan anak itu diamati hanya makan pada malam hari, dulu anak muda itu dianggap hidup dari cairan sekresi dari ibunya.

Beberapa larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera tanggal.

Ichthyophis bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.

Taksonomi

Secara taksonomi sesilia dibagi menjadi 6 famili. Jumlah spesies adalah rata-rata dan banyak dari spesies ini diidentifikasi hanya berdasarkan satu specimen.

Spesies Sesilia

Hampir pasti bahwa tidak semua spesies telah dideskripsikan, dan bahwa beberapa spesies yang dideskripsikan dibawah sebagai spesies berbeda mungkin dipadukan menjadi satu spesies pada pengklasifikasian ulang nanti.

# Sesilia Berparuh (Rhinatrematidae)- 2 genera, 9 spesies
# Sesilia ikan (Ichthyophiidae)- 2 genera, 39 spesies
# Sesilia India (Uraeotyphlidae)- 1 genus, 5 spesies
# Sesilia Tropis (Scolecomorphidae)- 2 genera, 6 spesies
# Sesilia Akuatik (Typhlonectidae)- 5 genera, 13 spesies
# Sesilia Umum (Caeciliidae)- 26 genera, 99 spesies.

Dari tiga jenis sesilia yang pernah dilaporkan dari Jawa, yakni Ichthyophis hypocyaneus Boie (1827), I. Javanicus Taylor (1960) dan I. bernisi Salvador (1975),


Iskandar (1998) menyebutkan bahwa hanya I. hypocyaneus yang meyakinkan, dan dianggap sebagai satu-satunya jenis sesilia di Jawa.
banner
Previous Post
Next Post

0 komentar: